Salah satu stasiun TV Zionis Channel 2, minggu lalu menyiarkan laporan features tentang kehidupan para serdadu Zionis Israel yang ikut melakukan agresi militer ke Jalur Gaza. Nampaknya suram.
Beberapa serdadu yang diwawancarai mengeluh menghadapi kesusahan ekonomi. Ada yang kehilangan rumah karena tak mampu bayar kredit yang makin meroket harganya, sementara dukungan angkatan perang Zionis lemah.
Laporan berbahasa Ibrani yang disiarkan oleh Palestine Information Center (PIC) itu bahkan melaporkan beberapa serdadu mengalami depresi, susah tidur, karena mengaku tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Diantara mereka sampai ada yang terang-terangan menyatakan, dirinya telah dieksploitasi oleh angkatan bersenjata Zionis dan meninggalkan mereka dengan nasib sial.
Diantara yang diwawancarai Channel 2, serdadu dengan nama samaran ‘Shaher’, prajurit bagian teknik mesin di Jalur Gaza selama agresi. Baru-baru ini ibunya meninggal, ayahnya pindah ke luar kota, dan “tidak ada seorang pun yang membantunya”.
Shaher menceritakan, sebelum agresi ia diizinkan melakukan kerja sampingan untuk menambah penghasilan oleh militer Zionis. Tapi selama 51 hari agresi ke Jalur Gaza tentu ia tak bisa melakukan bisnis apa-apa. Sepulangnya dari agresi itu, Shaher terkejut karena rekeningnya kosong, dan utang-utangnya mencapai 15 ribu Shekel (sekitar Rp 49.000.000). Sedangkan gajinya hanya 700 Shekel (sekitar Rp 2,3 juta) per bulan.
Serdadu lain bernama samaran ‘Aidan’ bertugas di salah satu pos rudal Iron Dome mengeluh, “Ayah saya lumpuh, ibu saya sakit, utang saya menumpuk sampai 100 ribu Shekel (sekitar Rp 328 juta).”
Menurut Aidan, sebelum agresi ia bekerja menjaga pompa bensin di waktu malam, pagi harinya jadi agen koran. Dua pekerjaan tambahan itu memberinya 6.000 Shekel (hampir Rp 20 juta) per bulan.
Tapi sesudah agresi ke Gaza keadaan ekonomi Zionis israel memburuk dan utang Aidan menumpuk.
Aidan berkata, “Inilah yang diperbuat militer (Zionis) kepada para prajuritnya. Mereka mengeksploitasi para prajurit sewaktu agresi, lalu sesudahnya mereka buang kami ke tempat sampah. Semua anggaran militer mengalir ke para petinggi, tak ada yang peduli pada kami.”
Aidan menutup wawancaranya dengan Channel 2 dengan mengatakan, “Beberapa minggu lagi saya akan berhenti dari militer dengan utang menumpuk, mungkin juga tanpa masa depan cerah.”*

Rep: Panji Islam
Editor: Cholis Akbar

Sumber : Hidayatullah.com

0 komentar:

Posting Komentar