PERNYATAAN industri tembakau tentang kemasan polos bisa memberi dampak yang berbahaya, diyakini “tidak benar”. Para kampanye kesehatan mengatakan, dari penelitian di Australia diketahui, argumen produsen tersebut tidak didukung oleh bukti.
Australia menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan kemasan standar (polos) untuk produk tembakau pada akhir 2012, dan penelitian sebelumnya menunjukkan, kebijakan tersebut telah menyebabkan kejatuhan terbesar tingkat merokok di negara itu dalam beberapa dekade.
Di Inggris, justru pemerintah masih melakukan konsultasi untuk memperkenalkan kemasan polos, bahkan terkesan mengulur-ulur waktu melaksanakan kebijakan itu,  yang telah diperdebatkan pertama kali pada tiga tahun lalu.
Produsen tembakau berjuang keras untuk mencegah kebijakan tersebut masuk ke ranah hukum. Di Australia, industri mengklaim bahwa paket polos akan menyebabkan ledakan penjualan pasar gelap rokok ilegal, yang berpotensi membahayakan, dan juga akan merugikan pengecer kecil.
Namun, menurut hasil survei selama tiga tahun terhadap 2.000 perokok di Australia, yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah perubahan hukum, peneliti mengatakan, perkiraan industri tembakau tersebut tidak akurat.
Peneliti dari Melbourne’s Centre for Behavioural Research in Cancer menemukan, proporsi perokok yang membeli produk tembakau tak bermerek tetap sangat rendah, dan sebenarnya sudah sedikit menurun, dari 2,3 persen pada 2011 menjadi 1,9 persen pada 2013. Proporsi perokok membeli produk tembakau harga murah yang berasal dari Asia, juga rendah dan tidak berubah, jatuh sedikit dari 1,1 persen pada 2011 menjadi 0,9 persen tahun 2013.
Perokok juga tidak beralih dari membeli rokok dari pengecer kecil ke supermarket besar. Proporsi membeli tembakau di supermarket hanya naik 0,3 persen, menjadi 65,7 persen. Sedangkan perokok yang membeli tembakau di toko kecil naik dari sembilan persen menjadi 11 persen antara tahun 2011 dan 2013.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal online BMJ Open today.
Amanda Sandford, manajer riset di lembaga amal Inggris, Action on Smoking and Health(ASH), mengatakan kepada The Independent belum lama ini, temuan itu merupakan “bukti bahwa pernyataan industri tembakau tentang dampak kemasan standar adalah tidak benar”.
“Bukti untuk mendukung kemasan standar dengan alasan kesehatan, sudah benar dan sekarang kami memiliki bukti bahwa tindakan itu tidak meningkatkan perdagangan ilegal atau memiliki dampak negatif, terutama pada pengecer,” katanya. “Jika para politisi punya keraguan tentang dampak ekonomi dari kemasan standar, sekarang harus diyakinkan oleh penelitian ini.”
Keberhasilan kebijakan di Australia, di mana tingkat merokok harian turun 15 persen antara tahun 2010 dan Desember 2013, telah berperan dalam meyakinkan pemerintah, yang pada akhirnya bisa mendorong dilakukannya kemasan standar di Inggris.
Merokok tetap menjadi penyebab terbesar kematian di Inggris, yakni sekitar 100.000 orang setiap tahun melalui hubungannya dengan kanker, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan.
Industri tembakau global telah berjuang mati-matian untuk mencegah negara-negara lain mengikuti jejak Australia.
Mereka menyebutkan, kemasan standar (polos) menyebabkan terjadinya penyelundupan tembakau, dan menyebabkan lonjakan merek palsu yang berpotensi berbahaya karena kemasan polos mudah dipalsu.
Dalam ulasan monumentalnya tentang kemasan polos, salah satu dokter terkemuka di Inggris, Sir Cyril Chantler mengatakan, dia “tidak yakin” dengan argumen-argumen industri tentang perdagangan gelap.
Ia mengatakan, klaim industri tembakau bahwa kebijakan tersebut akan mengakibatkan penurunan harga rokok, dan meningkatkan perokok,  merupakan alasan “berlebihan”.*
Rep: Insan Kamil
Editor: Syaiful Irwan
Sumber : hidayatullah.com

0 komentar:

Posting Komentar